Pada Suatu Pagi, dalam rapat departemen, peserta rapat sedang membahas evaluasi bulanan. salah seorang tiba-tiba menguap di tengah rapat yang berlangsung serius. spontan semua peserta menoleh ke arahnya, atasnya pun tak ayal menggelengkan kepala. sang bos yang sekaligus memimpin rapat, langsung menegurnya, "saya kecewa sekali dengan Anda, tampaknya anda tidak peduli dengan rapat serius ini!". Karyawan itu langsung tertunduk. dengan wajah pucat, ia berkata lirih, "Maaf, saya ingin menyampaikan bahwa seharusnya saya tidak bisa ikut rapat ini. tapi mengingat rapat ini sangat penting, saya mencoba hadir," matanya berkaca-kaca, "tadi malam, anak saya mengalami kecelakaan. saat ini sedang di rawat di ICU, dalam keadaan tidak sadar. jadi, tadi malam, saya benar-benar tidak bisa tidur." semua peserta rapat langsung terperangah, mereka terjerumus dalam prasangka, paradigma bahwa "jika ada orang menguap di tengah rapat penting, artinya orang itu tidak antusias.
Tindakan seseorang sangat tergantung pada pikirannya dan setiap orang diberikan kebebasan untuk memilih responnya masing-masing, kita bertanggung jawab penuh atas sikap yang ditimbulkan dari pikiran kita. Jadi kita adlah raja dari pikiran kita, bukan lingkungan kita, tapi lingkungan kita ikut berpengaruh bagi cara berpikir kita. Bila lingkungan kita pahit, kitapun akan pahit, selalu curiga, dan sering berprasangka negatif pada orang lain. dan prasangka negatif akan semakin menguat ketika media informasi seperti televisi, koran, majalah terus "MEMBORBARDIR" pikiran kita dengan berita -berita pembunuhan, penipuan dan kejahatan lainnya. akhirnya banyak yang terpengaruh sehingga selalu berprasangka negatif dan curiga kepada orang lain. dan sikap ini akan berubah menjadi sikap "defensif" dan tertutup, karena menganggap orang lain sebagai musuh berbahaya. Lebih suka menahan informasi dan tidak mau bekerja sama, sehingga justru merugikan diri sendiri, seperti turunnya kinerja, tidak mampu melakukan sinergi dengan orang lain, peluang-peluang emas terlewatkan, bahkan tersingkir dari pergaulan sosial.
Sebaliknya orang yang berpikiran positif akan lebih mampu melindungi pikirannya, ia mampu memilih respon positif dilingkungan paling buruk sekalipun. ia akan selalu berpikir positif dan selalu berprasangka baik kepada orang lain, dan menciptakan kondisi lingkungansaling percaya, saling mendukung, sikap terbuka dan koorperatif, dialah raja bagi pikirannya.
Label:
Motivasi,
Tips Kehidupan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar