Suatu ketika ada seorang pemuda datang kepada seorang kakek yang bijaksana...
Pemuda itu nampak seperti orang yang banyak masalah dan tak bahagia, langkahnya gntai, rambutnya kumal, mukanya kusut. lalu dia menceritakan semua masalahnya kepada kakek itu.

"Kakek, saya selalu menderita,. impianku gagal... karirku hancur...cinta dan hidupku tak pernah berakhir bahagia...malang benar nasibku.. masalah datang bertubi-tubi silih berganti seperti tiada habisnya.. Pahiit rasanya hidup ini.." kata sang pemuda

Kakek itu mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu kebelakang dan mengambil segenggam garam, dan menaruhnya ke dalam segelas air, lalu diaduk perlahan.
"Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya, "ujar kakek itu sambil tersenyum.

"Aiichhh!!!! Asin. Asin sekali!" kata sang pemuda sambil meludah kesamping.

Sang Kakek tersenyum mendengar jawaban itu. Ia lalu mengajak sang pemuda ke tepi telaga di dekat tempat tinggalnya. Sesampai di tepi telaga, Si Kakek menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, diaduknya air telaga itu.
"Coba, ambil air dari telaga ini dan minumlah."
Saat pemuda itu selesai mereguk air itu, Kakek bertanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar," sahut sang pemuda.
"Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?" tanya Kakek lagi.
"Tidak," jawab si anak muda.

Dengan lembut Kakek menepuk-nepuk punggung si anak muda. "Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam tadi. Jumlah garam yang kutaburkan sama, tetapi rasa air yang kau rasakan berbeda. Demikian pula kepahitan akan kegagalan yang kita rasakan dalam hidup ini, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.Luaskan wadah pergaulanmu, luaskan ilmumu supaya kamu mempunyai pandangan hidup yang luas."

Kakek melanjutkan nasehatnya. "Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, lapangkanlah hatimu laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Dalam mengejar kesuksesan, terkadang kita akan mengalami kepahitan. Kesuksesan yang kita impikan tidak akan datang pada kita bila kita terus menerus hidup dalam kepahitan dan tidak melapangkan hati. Lapangkanlah hati kita, terima kepahitan, dan terus kejar kesuksesan.
Moga bermanfaat.

1 komentar:

vikar mengatakan...

wuihh...sangat mendalam. membuka hati dan pikiran saya tentang manfaat memiliki hati yang luas...
makasih untuk motivasinya :)